Sore itu, Mita menunggu Ayahnya dirumah, sambil bernyanyi-nyanyi pelan sambil terus memperhatikan kerumunan kendaraan di jalan sempit depan rumahnya. Tak lama, Ayahnya pulang. Ayah mengucapkan salam dan mencium kening Mita. Mita hanya terdiam. Tentu saja, peristiwa 2 tahun lalu yang merenggut nyawa ibunya telah menimbulkan kepedihan, terlebih saat dia tau dirinya lumpuh.
Ayah masuk kedalam rumah sambil mendorong kursi roda Mita perlahan. Ayah tak sanggup melihat Mita, putri kecilnya begini. Apapun, akan dilakukannya untuk bisa melihat Mita bahagia seperti dulu. Pernah terdengar olehnya, Mita bisa kembali menginjakkan kakinya ditanah asalkan melalui operasi yang cukup mahal. Tapi, mana mungkin ? Sedangkan Ayah hanyalah seorang supir kantoran yang penghasilannya saja, hanya dapat memenuhi kebutuhannya dan Mita sehari-hari. Untuk membayar tagihan listrik dan air saja, terkadang mereka masih menunggak.
Keadaan rumah malam itu masih hening. Ayah telah menyiapkan makanan ala kadarnya untuk makan malam mereka berdua disebuah meja tua yang mulai lapuk. Ayah mengajak Mita makan. Seperti biasanya, Ayah selalu menyuapi Mita saat makan. Namun, Mita menolak dengan lantang..
“Aku bosan yah !!” Mita mendorong tangan Ayahnya, sehingga makanannya terjatuh dan berserakan dilantai.
“Mit, Ayah hanya mampu itu. Nanti ada saatnya Ayah akan berikan apa yang kamu mau nak” Ayah menjawab dengan penuh kesabaran.
“Aku gak mau makan kalau makanannya itu !!” suara Mita makin lantang. Ayah hanya terdiam.
“Yasudah, Ayah akan carikan makanan kesukaanmu ya nak” Ayah hanya menjawab dengan penuh kesabaran sambil mengelus kepala Mita. Mita hanya pergi ke kamar tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ayah hanya tersenyum, lalu segera membersihkan makanan Mita yang berceceran dilantai. Ayah membuka dompetnya. Hanya ada 5.000 rupiah. Ayah hanya mampu membeli bakso murah diujung jalan sana. Tanpa ragu, Ayah pergi membeli semangkuk bakso kesukaan Mita dengan penuh harapan.
Ayah mengetuk kamar Mita. Mitapun keluar dengan mukanya yang bersungut, dan langsung berkata..
“Mana ?” kata Mita menantang.
“Ayah hanya mampu membelikan bakso ini buatmu. Makanlah selagi hangat. Ayah tak ingin kau sakit” jawab Ayah dengan penuh kasih sayang.
“Tak perlu khawatir, aku sudah sakit” jawab Mita singkat.
Mitapun mengambil bakso hangat itu dan masuk kedalam kamarnya. Tanpa ucapa terimakasih. Mita memang sudah berubah. Tapi, beginilah Ayah. Beliau hanya tersenyum atas semua perlakuan Mita.
Esok paginya, Ayah masuk ke kamar Mita. Mita menoleh sebentar. Lalu kembali memalingkan wajahnya.
“Mau apa lagi ?” Tanya Mita dengan kasar.
“Ayah kerja dulu”
“Kerjaa ?”
“Tentu saja sayang”
“Percuma kerja, jika tak bisa penuhi mauku !” sahut Mita dengan nada tinggi.
“Mita mau apa ?”
Mitapun menolehkan wajahnya kearah Ayah dan berkata
“Ayah tau Mita mau apa ? Mita mau sembuh ! ngerti ? Ayah gak bisa ngasih itu kan sama Mita ?!”
Ayah hanya terdiam membisu. Ayah keluar dari kamar Mita. Mita berusaha menggerakan kursi rodanya, lalu dia membanting pintu kamarnya. Dan menguncinya rapat-rapat. Ayah sudah tak sanggup. Dia menangis. Dia merasa tidak berguna. Sampai sekarang, dia hanya dapat meratapi nasib dan tak mampu menuruti keinginan putrinya itu, diapun menghapus air matanya dan pergi ketempat dia biasa bekerja.
Dulu, Ayah Mita adalah orang yang cukup kaya. Namun, nasib baik tak berpihak padanya. Karena ditipu temannya, dia bangkrut. Istri dan anaknya yaitu Mita, tak sanggup hidup bersama Ayah Mita. Mereka pergi membawa mobil Ayah Mita. Namun, kecelakaan tragis menimpa Ibu Mita dan Mita. Mereka tertabrak truk. Ibu Mita meninggal seketika itu juga, namun Mita masih sempat diselamatkan. Namun begini jadinya, kakinya lumpuh.
Ditempat kerjanya, Ayah Mita berfikir, Mita akan ber-ulang tahun sebentar lagi. Lalu, kado apa yang akan diberikannya untuk Mita nanti ?. Beliau hanya ingin membuat dirinya sedikit lebih berguna dimata Mita. Namun, apa yang dapat diharapkan dari kantong seorang supir sepertinya ?. Tak lama kemudian, dia mendengar pembicaraan beberapa karyawan kantor yang keluar untuk jam makan siang. Mereka membicarakan istri Pak Direktur yang sedang sekarat, dan membutuhkan donor jantung yang cocok, Pak Direktur akan membayar berapapun. Pembicaraan mereka membuat Ayah tertegun. Namun, dia berusaha mengurungkan niatnya.
Seperti biasa, Ayah pulang kerumah saat matahari sudah mulai tenggelam di ufuk timur. Tapi, kali ini berbeda. Dia tak melihat Mita duduk diteras seperti biasanya. Ayah masuk kedalam rumah. Dia membuka pintu kamar Mita perlahan-lahan. Dia melihat Mita sedang terduduk diam di kursi roda tuanya. Ayah berniat untuk menanyakan apa yang terjadi. Namun, untuk apa dia bertanya lagi ? toh Ayah sudah tau jawabannya. Ayah-pun kembali menutup pintu kamar Mita. Bergegas dia menuju kamar kecilnya. Dia duduk dikasur lapuknya dan sejenak berfikir, lalu menutup mata dan berfikir kembali. Sampai akhirnya dia merasa yakin dan berkata “untuk anakku”.
Di hari ulang tahun Mita, Ayah masuk ke kamar Mita dan langsung berteriak kegirangan “Happy Birthday Mit !”. Mita yang baru saja terbangun tak merespon ayahnya.
“Mit, Ayah punya hadia spesial buat kamu”
“Apa ?”
“Kamu akan berjalan lagi !”
“Benarkah yah ?” kata Mita dengan matanya yang berkaca-kaca.
“Sungguh anakku !”
“Terimakasih ayah”
Mita tak kuasa membendung tangisnya. Namun dia tersenyum. Dia memeluk ayahnya dengan erat. Pelukan ini. Pelukan dan senyuman yang telah lama hilang inilah yang dinantikan oleh Ayah. Ayah dan Mita pun bersiap-siap pergi ke Rumah Sakit.
Mita masuk keruang operasi. Dengan senyum harunya, sang Ayah mencium kening Mita. Pintu ruang operasi ditutup. Ayah membalikkan badannya. Dia kembali menangis. Pak Direktur datang.
“Sekali saja, tunggu sampai aku bisa melihatnya kembali berjalan pak”
“Tentu saja, ambillah waktumu selama mungkin, aku tau ini berat” Pak Direktur mengelus pundak Ayah.
Pak Direkturpun pergi. Ayah menunggu Mita selesai di operasi sambil duduk merenung.
Operasi selesai, Ayah datang menemani Mita sampai Mita tertidur lelap. Esoknya, Mita dilatih berjalan. Lama kelamaan, Mita mulai berjalan dengan lancar. Mita melihat ayahnya dengan mata penuh harapan. Setelah selesai berlatih, Mita disarankan untuk beristirahat. Sebelum tidur ayah sempat mengucapkan satu kata yang begitu jelas di telinga Mita “Ayah sayang kamu, lebih dari apapun di dunia ini”. Mita terlelap. Ayah keluar dari ruangan itu. Didepan, Pak Direktur telah menunggu. Ayahberjalan mendekatinya.
“Aku siap”
“Baik, mari kita langsung saja”
“Aku punya satu permintaan”
“Apa itu ?”
“Berikan ini pada seorang suster, lalu suruh dia memberikan ini pada Mita”
“Tentu, itu akan kulakukan”
“Satu hal lagi pak”
“Iya ?”
“Tolong jaga dia. Aku titip dia. Ajak dia tinggal denganmu pak”
“Tentu saja, aku akan merawatnya, dia sekarang adalah anakku”
Ayah tersenyu, dia menoleh kea rah kamar Mita. Lalu berkata untuk terkahir kalianya “Selamat tinggal bidadari kecilku”.
Saat Mita terbangun dari tidurnya, Mita mencari-cari Ayahnya. Seorang susterpun datang dan memberikan secarik kertas padanya yang berisi..
"Happy Birthday Sayang !
Inilah hadiah ayah untukmu ! Ayah harap kau menjaga kakimu dengan baik nak :D
Semoga perpisahan terakhir kita ini selalu membuatmu yakin dan percaya, Ayah ada dihatimu.
Jalanilah hari barumu bersama Pak Rio, Direktur Ayah. Jangan tinggalkan sholat dan mengaji. Ayah sayang padamu.
Ayah minta jangan marah karena Ayah baru saja memberitahumu.
Love,
Ayah "
Mita menangis. Diapun berlari. Dia melihat tubuh ayahnya telah terbujur kaku. Pak Direktur datang menemui Mita dan menjelaskan semuanya. Lalu, dia memeluk dan menenangkan Mita yang menangis. Ya beginilah. Sekarang Nita hanya dapat berkata “Maaf Ayah”. Seperti yang dikatakan Ayah, dia akan melakukan apapun untuk membuat Mita tertawa lagi. Meskipun itu juga harus dengan merelakan nyawanya.
THE END
Original Writer : Rohadatul Aisy
0 komentar:
Posting Komentar